Pengelolaan Bank Sampah Terintegrasi BUMDes “Mandiri Sejahtera Rengel”

Jejakdesa.com – Pengelolaan Dana Desa (DD) Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) telah melahirkan berbagai macam inovasi kebijakan. Salah satunya bank sampah terintegrasi BUMDes “Mandiri Sejahtera Rengel” Desa Rengel Kecamatan Rengel-Tuban. Bank sampah tersebut merupakan pendekatan yang melibatkan pengumpulan, pemilahan, pengolahan, dan pendistribusian sampah dengan cara yang holistik dan berkelanjutan. Bank sampah berfungsi sebagai lembaga yang mengumpulkan sampah dari masyarakat, kemudian memilah dan mengolahnya agar dapat didaur ulang atau dijadikan produk baru. Pengelolaan yang terintegrasi berarti semua tahapan ini dilakukan secara terpadu dan saling mendukung untuk mencapai efisiensi maksimal.

Program pengelolaan bank sampah tersebut telah dilakukan oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) “Mandiri Sejahtera Rengel” Desa Rengel. Masyarakat diajak untuk memilah sampahnya menjadi beberapa kategori seperti organik, anorganik, dan B3 (bahan berbahaya dan beracun). Dengan memilah sejak awal, proses pengolahan di bank sampah menjadi lebih mudah dan efisien.

Menurut Gaguk selaku manajer Bank Sampah menuturkan, setelah sampah terkumpul, langkah berikutnya adalah pemilahan sampah. Sampah dipilah berdasarkan jenis dan materialnya, seperti plastik, kertas, logam, dan kaca. Pemilahan ini bertujuan untuk memastikan bahwa setiap jenis sampah dapat diolah dengan cara yang tepat dan efisien. Misalnya, sampah plastik bisa didaur ulang menjadi produk baru, sementara sampah organik bisa dijadikan kompos.

“Potensi sampah di Desa Rengel cukup besar, 14-16 ton per hari. Jika dikelola dengan baik, bisa menjadi potensi ekonomi baru. Selain itu, kami punya 300 pelanggan untuk diangkut sampah nya. Itu terdiri dari warga setempat, setiap bulan kita tarik biaya 20 ribu. Kalau dihitung laba bersih dari pengelolaan bank sampah saja, 750 per Minggu,” terang Gaguk saat dikunjungi TPP Kemendes PDTT Kecamatan Rengel dengan Tim Jejakdesa.com pada, Rabu (24/7/24) lalu.

Foto: Proses pemilahan sampah yang sudah terkumpul.

Gaguk menuturkan, operasional pengelolaan bang sampah ini dari DD Kemendes PDTT dan Pendapatan Asli Desa (PADes). Sehingga muncul inovasi pengelolaan sampah terintegrasi. Sampah organik diolah menjadi kompos atau biogas melalui proses pengomposan atau fermentasi. Selain itu, sampah basah bisa menjadi makanan Magot. Pengelolaan sampah yang tepat dapat membantu mengurangi volume sampah, tetapi juga menghasilkan produk yang bernilai ekonomi.

“Sementara ini produk yang bisa kita hasilkan adalah pupuk kompos hasil pengolahan sampah organik, kotoran kelelawar dan lain-lain. Sementara ini pupuk hasil produksi bank sampah didistribusikan ke koperasi Lembaga Hutan Desa (LHD) sebagai binaan Lembaga Pengelola Hutan Desa (LPHD) Rengel. Untuk Magot sebagai pakan ternak dan keramba ikan lele. Kemudian harga pupuk organik kami jual per pcs 15 ribu. Semoga dengan kedatangan Bupati Aditya Halindra Faridzky (Mas Bupati) meninjau pengolahan bank sampah secara langsung pada, Minggu (28/7/24). Ada support pendanaan dari APBD Kabupaten Tuban untuk pengembangan program,” tegas Gaguk.

Foto: Kunjungan Bupati Aditya Halindra Faridzky untuk melihat langsung proses pengelolaan bank sampah pada, Minggu (28/7/24),

Sementara itu Izzul Fuadi Koordinator Pendamping Desa Kemendes PDTT Kecamatan Rengel  menambahkan, pengelolaan bank sampah terintegrasi ini sebagai sarana edukasi dan pemberdayaan masyarakat. Masyarakat diberikan pemahaman tentang pentingnya memilah sampah dan dampak positif dari daur ulang. Selain itu, bank sampah seringkali melibatkan warga setempat dalam operasionalnya, memberikan peluang pekerjaan dan meningkatkan kesejahteraan ekonomi komunitas.

“Kami percaya bahwa, pengelolaan bank sampah terintegrasi adalah solusi yang efektif untuk mengatasi masalah sampah dan meningkatkan keberlanjutan lingkungan. Dengan pendekatan yang holistik dan kolaboratif, bank sampah dapat berperan penting dalam menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan sehat serta memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat,” tandas Mas Fuad sapaan akrabnya.

Foto: Magot untuk pakan ternak dan keramba ikan warga.

Lebih lanjut Fuad menuturkan, Pemerintah Desa Rengel juga sudah menyiapkan skema pemasaran produk tersebut agar bernilai rupiah salah satunya bersinergi dengan koperasi Lembaga Hutan Desa (LHD) sebagai binaan Lembaga Pengelola Hutan Desa (LPHD). Selain itu mendapatkan SK Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) untuk pengelolaan kawasan hutan desa.

“Pemdes Rengel hari ini juga mempunyai kewenangan untuk mengelola kawasan hutan desa seluas 146 hektar. Ini juga peluang besar untuk meningkatkan pendapatan pemerintah desa juga masyarakat setempat. Karena pupuk yang diproduksi oleh bank sampah dapat digunakan oleh petani itu sendiri,” pungkasnya.

jejak Desa

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Kembali ke atas