Limbah popok dan pembalut telah menjadi salah satu masalah lingkungan terbesar yang sering diabaikan. Namun sering kali kesadaran yang rendah membuat pengelolaan sampah bermasalah. Yaitu membuang sampah secara sembarangan, di tepi jalan, pekarangan, laut dan sungai. Lebih parahnya, sampah berbahaya seperti popok dan pembalut dibuang ke dalam bendungan.
Akibat kebutuhan akan produk ini terus meningkat seiring bertambahnya populasi dan kesadaran akan kebersihan. Namun sayangnya, sebagian besar produk ini berakhir sebagai limbah yang sulit terurai. Limbah popok dan pembalut mengandung bahan-bahan sintetis yang tahan lama, seperti plastik dan gel penyerap, yang tidak hanya sulit diurai tetapi juga berdampak buruk bagi lingkungan dan kesehatan manusia.
Popok dan pembalut sekali pakai umumnya terbuat dari bahan-bahan kimia seperti polimer superabsorben, pewarna, dan perekat, yang semuanya tidak mudah terurai di alam. Bahkan, sebuah popok atau pembalut sekali pakai bisa membutuhkan waktu hingga 500 tahun untuk terurai sepenuhnya. Ketika produk ini dibuang di tempat pembuangan akhir atau, lebih buruknya, dibakar secara terbuka, bahan-bahan kimia di dalamnya dapat melepaskan zat-zat berbahaya yang mencemari udara, tanah, dan air. Selain itu, jika limbah ini tersebar di perairan, mereka dapat merusak ekosistem, mengganggu keseimbangan ekosistem, dan berpotensi meracuni hewan yang mengonsumsi limbah tersebut secara tidak sengaja.
Dalam diskusi daring Pusat Riset Lingkungan dan Teknologi Bersih (PRLTB) BRIN yang disimak dari Jakarta, Rabu, Lies menjelaskan studi pada 2021 memperlihatkan potensi penggunaan popok bayi mencapaii 17,44 juta per hari yang dapat menghasilkan limbah 3.488 ton per hari.
Peneliti Madya di PRLTB BRIN itu juga mengungkapkan potensi sampah pembalut mencapai 42.000 ton per bulan berdasarkan populasi wanita usia subur pada 2022 yang mencapai 73,44 juta orang dengan penggunaan 1.151,2 juta pembalut per bulan.
Dengan potensi limbah popok dan pembalut yang cukup besar. Jika tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan risiko kesehatan bagi manusia. Dalam beberapa kasus, limbah ini dapat menyebarkan bakteri dan patogen yang berbahaya, terutama jika tidak dikelola dengan baik. Pengelolaan yang tidak tepat di tempat pembuangan akhir dapat menyebabkan penyakit menular, yang dapat menyebar melalui udara atau air yang terkontaminasi. Para pekerja dan masyarakat sekitar yang sering bersinggungan dengan tempat pembuangan sampah berisiko tinggi terkena dampak dari pencemaran ini, baik melalui kontak langsung maupun paparan udara yang tercemar oleh senyawa kimia beracun.
Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan solusi berkelanjutan yang melibatkan berbagai pihak. Salah satu pendekatan yang bisa dilakukan adalah dengan mempromosikan penggunaan produk ramah lingkungan, seperti popok dan pembalut yang terbuat dari bahan-bahan alami dan mudah terurai. Beberapa produsen kini telah mulai mengembangkan produk-produk yang biodegradable, sehingga limbah dapat terurai lebih cepat di lingkungan tanpa meninggalkan jejak kimia yang berbahaya.
Selain itu, edukasi kepada masyarakat sangat penting untuk meningkatkan kesadaran tentang cara pembuangan limbah popok dan pembalut yang benar. Masyarakat perlu didorong untuk tidak membuang limbah ini sembarangan, dan memanfaatkan fasilitas daur ulang atau pembuangan khusus yang tersedia. Di sisi lain, pemerintah dan pihak berwenang diharapkan dapat memperkuat regulasi mengenai pengelolaan limbah padat, termasuk popok dan pembalut, serta membangun infrastruktur yang memadai untuk menangani limbah jenis ini.
Pembangunan fasilitas daur ulang yang khusus menangani popok dan pembalut juga menjadi langkah penting dalam solusi jangka panjang. Teknologi terbaru memungkinkan ekstraksi bahan yang dapat digunakan kembali dari limbah ini, seperti plastik dan serat. Meskipun belum banyak diterapkan secara luas, teknologi semacam ini menunjukkan harapan bahwa pengelolaan limbah popok dan pembalut dapat dilakukan dengan cara yang lebih ramah lingkungan.
Kesadaran dan kolaborasi dari berbagai pihak, mulai dari produsen, pemerintah, hingga masyarakat, sangat diperlukan untuk mengatasi bahaya limbah popok dan pembalut. Dengan solusi yang berkelanjutan, kita dapat meminimalkan dampak negatif limbah ini terhadap kesehatan dan lingkungan, serta menjaga bumi tetap layak huni bagi generasi mendatang. (*)