Desa Rengel melaksanakan program reboisasi dengan pola agroforestri sebagai langkah strategis dalam menjaga kelestarian lingkungan serta meningkatkan ketahanan pangan masyarakat. Bertempat di Dukuh Jaten Cilik, kegiatan ini melibatkan berbagai elemen masyarakat serta instansi terkait.
Sebanyak 1000 bibit pohon ditanam dalam kegiatan reboisasi tersebut. Kegiatan berlangsung pada, Jumat (31/01/25). Kegiatan ini bertujuan untuk menjaga kelestarian lingkungan sekaligus mendorong ketahanan pangan masyarakat setempat. Bibit yang ditanam terdiri dari 250 pohon durian, 250 alpukat, 250 klengkeng, dan 250 jambu air.
Kegiatan ini dihadiri oleh berbagai pihak, termasuk BPBD Provinsi Jawa Timur, BPBD Kabupaten Tuban, Camat Rengel, Pemerintah Desa Rengel, BPD Rengel, Lembaga Pengelola Hutan Desa (LPHD), Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH), TPP Pendamping Desa Kecamatan Rengel, Tagana, serta para petani hutan setempat. Para peserta tampak antusias mengikuti kegiatan ini, dengan harapan dapat memberikan manfaat jangka panjang bagi lingkungan dan perekonomian desa.
Komitmen Bersama untuk Kelestarian Lingkungan
Dalam sambutannya, Tiffany Rita Bawole, perwakilan dari BPBD Provinsi Jawa Timur, menyampaikan bahwa bibit yang diberikan harus ditanam dan dijaga agar dapat bermanfaat bagi generasi mendatang. “Jika pohon ini tumbuh dan berbuah, hasilnya bisa dimanfaatkan oleh para petani hutan. Selain itu, pohon-pohon ini juga akan membantu dalam menjaga keseimbangan ekosistem dan mencegah terjadinya bencana alam,” ujarnya.
Sementara itu, Sudarmaji, Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Tuban, menekankan pentingnya kegiatan ini sebagai bentuk kepedulian terhadap alam. “Menanam pohon adalah sedekah. Jika kita menjaga alam, maka alam juga akan menjaga kita. Banjir bandang yang terjadi beberapa waktu lalu menjadi pengingat betapa pentingnya kelestarian hutan. Kita tidak ingin bencana tersebut terjadi lagi di masa depan,” tegasnya.
Camat Rengel, Eko Wardono juga mengajak masyarakat untuk terus menjaga hutan. “Hutan ini harus dijaga fungsinya. Semakin banyak pohon yang kita tanam, semakin besar manfaat yang akan kita dapat, baik sebagai penahan banjir maupun hasil panennya nanti. Oleh karena itu, saya meminta kepada Bapak Kepala Desa Rengel untuk melakukan monitoring rutin guna memastikan keberlanjutan program ini,” katanya.
Selain itu, ia juga menekankan bahwa masyarakat harus memahami pentingnya reboisasi sebagai bagian dari mitigasi bencana dan peningkatan kesejahteraan ekonomi. “Hutan yang sehat akan memberikan hasil yang lebih baik bagi masyarakat, baik dari segi lingkungan maupun ekonomi. Kita harus bersama-sama menjaga dan merawatnya,” tambahnya.
Mewujudkan Agroforestri sebagai Wisata Petik Buah
Kepala Desa Rengel, Mundir, menjelaskan bahwa reboisasi dengan pola agroforestri ini merupakan langkah awal dalam pembentukan zona agroforestri tanaman buah. “Ke depan, petani hutan tidak hanya mendapatkan manfaat dari sisi kelestarian hutan, tetapi juga bisa mengembangkan potensi wisata petik buah. Ini bisa menjadi daya tarik wisata baru bagi Desa Rengel yang akan membantu meningkatkan ekonomi masyarakat,” ungkapnya.
Ia juga menambahkan bahwa kegiatan ini bukan hanya sebatas menanam pohon, tetapi juga membangun kesadaran masyarakat akan pentingnya kelestarian lingkungan. “Kami berharap kegiatan ini bisa menjadi awal dari komitmen jangka panjang untuk terus menjaga dan memanfaatkan hutan secara berkelanjutan,” katanya.
Pendamping Desa, A. Isful Fuadi, menyoroti pentingnya sinergi antara petani hutan dan BUMDesa dalam mendukung pengelolaan hutan desa. “BUMDesa bisa menjadi mitra dalam penyediaan air, pupuk, serta tempat penjualan hasil hutan, sesuai dengan Permendesa No. 7 Tahun 2023 tentang Rincian Prioritas Penggunaan Dana Desa,” jelasnya. Ia juga menyampaikan bahwa dengan adanya kerja sama yang baik antara petani hutan dan BUMDesa, maka keberlanjutan program ini dapat lebih terjamin.
Ketua LPHD sekaligus perwakilan petani, Lasmin, mengungkapkan rasa syukur atas kegiatan ini. “Sebanyak 185 petani hutan hadir hari ini, dan mereka sangat bahagia menerima bibit tanaman buah. Terima kasih kepada semua pihak yang telah peduli dan membantu kami,” tuturnya.
Sejumlah petani yang turut serta dalam kegiatan ini berharap agar program agroforestri ini bisa terus berlanjut dan mendapatkan dukungan lebih luas dari pemerintah dan pihak terkait. “Kami siap merawat pohon-pohon ini dan berharap hasilnya nanti bisa membantu meningkatkan kesejahteraan kami,” ujar salah satu petani.
Dengan adanya kegiatan reboisasi ini, diharapkan Desa Rengel tidak hanya semakin hijau dan lestari, tetapi juga mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pemanfaatan hasil hutan yang berkelanjutan. Selain itu, program ini diharapkan bisa menjadi contoh bagi desa-desa lain dalam menerapkan agroforestri sebagai solusi atas berbagai tantangan lingkungan dan ekonomi.
Langkah-langkah selanjutnya melibatkan pemantauan dan evaluasi secara berkala, serta peningkatan kolaborasi antara pemerintah, petani, dan lembaga terkait guna memastikan program ini berjalan sesuai harapan. Dengan kesadaran dan kepedulian bersama, Desa Rengel berpotensi menjadi percontohan keberhasilan program agroforestri di Tuban. (*)