Desa Kedongrejo dan Margorejo Kerek Jadi Desa Devisa

Jejakdesa.com – Awal November lalu, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa didampingi Chesna F. Anwar Direktur Pelaksana Bidang Hubungan Kelembagaan LPEI meresmikan enam desa devisa di Jawa Timur. Dua diantaranya adalah Desa Batik dan Tenun Gedog di Kabupaten Tuban, yaitu Desa Margorejo dan Desa Kedungrejo Kecamatan Kerek.

Nanik Hari Ningsih, pengrajin batik dan tenun Gedog asal Desa Margorejo mengaku bangga dan bersyukur atas capaian tersebut. Melalui proses kurasi yang dilakukan oleh Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) selama beberapa bulan, telah membuat desanya terpilih menjadi Desa Devisa.

“Tim LPEI melihat proses awal sampai akhir dalam kita memproduksi batik tulis dan tenun gedog. Dari tanam kapas sendiri, membuat benang, sampai proses menenun dan membatik,” kata Nanik kepada reporter Diskominfo-SP saat ditemui di galeri miliknya, Jum’at (18/11).

Nanik yang telah memulai menekuni batik tulis tenun gedog mulai tahun 1998 ini menjelaskan, usaha yang ia jalankan telah menyerap tenaga kerja dari tetangga sekitar. Selain itu, juga memberdayakan para ibu rumah tangga untuk berkreasi di sela waktu luang mereka bertani di sawah. Tak hanya dari kalangan ibu-bu hingga lansia, bahkan banyak anak muda yang juga bekerja sebagai penenun. Nanik sadar betul, dampak perkembangan usahanya adalah wujud pemberdayaan masyarakat dan telah berdampak pada perekonomian tetangga sekitar.

“Ada 35 orang pekerja harian tetap dan 60 lebih harian lepas. Hasilnya Lumayan, untuk ibu-ibu agar asap dapur terus mengepul,” ungkapnya.

Selama satu bulan, Melati Mekar Mandiri nama usaha tenun gedog milik Nanik, bisa memproduksi 400 potong gedog polos putih. Selanjutnya, akan disetor ke eksportir untuk pemasaran ke luar negeri. Ia juga banyak menerima pesanan untuk di ekspor ke Negara Sakura Jepang dimana gedog polos dijadikan sebagai bahan dasar kimono disana. Adapun di dalam negeri, biasanya Nanik memasarkan produknya selain di galeri miliknya, juga melalui pameran di berbagai kota.

“Alhamdulillah, kami aktif ikut pameran, dan laris manis,” cerita Nanik. 

Nanik mengaku, sudah banyak masyarakat yang tau tentang tenun gedog, namun masih butuh eksplorasi untuk jenis fashion yang ditawarkan untuk konsumen. Menurutnya, saat ini para pengrajin sudah adaptif dengan perkembangan fashion, mulai dari motif hingga bentuk karya, sehingga banyak yang tertarik. Untuk hal tersebut, pelatihan yang diberikan oleh LPEI dan Pemprov Jatim sangat membantu pengembangan pola pikir para pengrajin.

“Kami dapat pelatihan terkait pemasaran, seperti bagaimana, jenis media apa dan lewat kerjasama seperti apa agar pasar kita lebih meluas,” terang Nanik.

Usai menjadi Desa Devisa, Nanik dan para pengrajin lain berharap, desa kelahirannya bisa berkembang. Selain itu, batik tulis tenun gedog dapat merajai pasar Indonesia hingga manca negara. Nanik mengakui, dalam dua tahun terakhir merupakan cobaan berat bagi pengrajin, sebab covid-19 membuat pesanan jauh berkurang. Namun, semangat dari semua pihak serta berhasilnya Desa Kedungrejo menjadi Desa Devisa, membuatnya bangkit.

“Kita semangat kembali, karena niat kita selain untuk kesejahteraan, juga misi untuk melestarikan tenun ini bersama masyarakat,” pungkasnya. (Wan)

jejak Desa

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Kembali ke atas