“Aku lebih senang pemuda yang merokok & minum kopi sambil diskusi tentang bangsa ini, daripada pemuda kutu buku yang hanya memikirkan diri sendiri” (Bung Karno).
Ngopi sambil diskusi ringan bersama kerabat maupun tetangga merupakan bagian dari rutinitas masyarakat agraris kabupaten Malang bagian timur, kopi selain bermanfaat untuk meningkatkan mood juga dipercayai bermanfaat sebagai aroma terapi bagi capek otot dan syaraf setelah seharian bekerja. Sambil nyruput kopi tema yang acap kali dibahas yakni seputar hulu hilir pertanian, aktivitas sosial ekonomi kemasyarakatan, dan problem komunal lainya. Kemudian dengan pendekatan skala partisipatif, seringkali hasil diskusi simpul warga ini ditransformasikan ke forum yang lebih besar dalam kegiatan Musyawarah Desa maupun musyawarah adat.
Tradisi ini merupakan hibrida dialektika sosial organik yang harus dimanifestasikan sebagai spirit pengembangan fungsi ruang partisipasi public yang lebih kompeten bagi Masyarakat Desa dalam mengkonstruksi arah pembangunan Desa yang lebih matang, komprehensif dan berkelanjutan. Selain dukungan sarana, prasarana pendukung yang harus disiapkan oleh Desa adalah penyelenggaraan program kegiatan peningkatan kapasitas sumberdaya aparatur Desa yang memadai di masing-masing bidang, baik yang bersifat inisiatif maupun koordinatif.
Jalur inisiasi dalam kegiatan peningkatan kapasitas acap kali menjadi pilihan favorit karena terbukti lebih santai, kooperatif, fleksibel dan kondisional. Pilihan tersebut diantaranya terkognisi menjadi kegiatan belajar bersama dalam memperkaya literasi, updating metodologi dan khasanah inovasi.
Tiba saatnya, para khalifah penikmat kopi dari 17 penjuru Desa se Kecamatan Poncokusumo separuh turungunung. Sekdes dan perangkat antar Desa bertemu dalam rangka “Ngopi gayeng Sinau Bareng” di Balai Desa Ngadireso. Meja aula diformasikan merapat untuk menggelar diskusi jarak dekat yang dimulai dari bedah regulasi, analisis perencanaan, penyusunan RAB desain dan pemetaan sinergitas kawasan. Terkadang diskusi berjalan alot, laptop pensuplai materi dasar sesekali diteropong untuk saling menguatkan argumen. Di forum ini tidak ada narasumber utama, semua peserta adalah inti narasumber, tentunya dengan latarbelakang keahlian dan kematangan ragam dinamika pemikiran yang diampu masing-masing peserta.
“Ngopi Gayeng, Sinau Bareng” adalah refleksi silaturahmi pembelajaran menuju cita-cita kemandirian Desa dan kawasan pedesaan yang dikonsep dengan pendekatan harmoni kearifan lokal berciri khas seneng andum ilmu pengetahuan dan saling njangkepi satu sama lain. Desa harus segera berkemampuan mendaki dari tlatah “prakondisi untuk lepas landas” menuju kasta “lepas landas”, yakni sebuah periodesasi yang ditandai dengan tersingkirnya hambatan-hambatan yang mengalami proses pertumbuhan ekonomi (W.W. Rostow), agar tidak gagap dalam beradaptasi dengan society era 5.0 yang kini sudah mulai berinteraksi dengan Desa.
Silaturahmi berada pada puncak piramida tertinggi dari berbagai model interaksi sosial serta integritas fungsional, karena antar pihak memberlakukan satu sama lain sebagai subyek, tidak sebagai obyek maupun antar obyek. Semoga kegiatan Ngopi bareng sinau gayeng ini bisa menjadi hardware premium dalam mewujudkan “kelembagaan dinamis dan budaya Desa adaptif (Tujuan dan Sasaran SDGs ke 18).
Salam Dari Desa. (edt.jejakdesa.com)
*Kabar Pendampingan oleh Sam Yus Fathulloh Akbar (Koordinator Pendamping Desa Kecamatan Poncokusumo Malang)