Jejakdesa.com – Sempat jatuh bangun saat pandemi Covid-19 melanda Indonesia. Dampak tersebut sangat mempengaruhi keberlangsungan sektor pariwisata, terutama ekowisata Silowo yang berada di Desa Mandirejo, Kecamatan Merakurak. Dengan kegigihan bersama masyarakat, Silowo resmi diluncurkan kembali pada hari Kamis (22/12), dan mulai aktif beroperasi pada Jumat (22/12).
Ketua Pokdarwis Mandirejo Maliki dalam kesempatan tersebut menyebutkan, Silowo sebenarnya telah resmi diluncurkan pada 24 September 2019 lalu, dengan konsep pemandian alam beserta pohon sagu yang indah. Namun, Maret 2020 berhenti beroperasi akibat Covid-19 yang melanda seluruh negeri. Maliki mengatakan, berkat dukungan dari Pemerintah Provinsi, Pemkab dan masyarakat, akhirnya Pokdarwis setempat kembali bangkit dan mulai menata kembali Silowo.
“PMD Jatim telah memberikan dana untuk pembangunan SiLowo melalui bantuan keuangan khusus (BKK), jadi kami semangat kembali untuk melakukan perbaikan di sana sini,” ujar Maliki.
Sementara itu, Kepala Desa Mandirejo Supriono, berterimakasih kepada Pemprov Jatim melalui PMD Jatim yang telah mendukung program desa mandiri berdaya di Mandirejo.
“Terimakasih PMD Jatim yang telah menjadi konsultan kami,” ucap Supriono.
Menurut Supriono, potensi sagu yang dimiliki menjadi daya tarik dari wisata tersebut, dengan membuat kuliner yang menggunakan bahan dasar sagu, seperti es dawet sagu, gendos sagu, hingga bongko. Selain itu, juga potensi sungai yaitu ikan wader.Supriono menjelaskan, wisata Silowo akan menjadi bagian dari kluster wisata mencangkup empat desa, yaitu Sambongede, Tuwiri Wetan, Tahulu dan Mandirejo.
“Terdapat Bumdes bersama dengan tiga desa tetangga. Nantinya kita akan rembuk dengan Bappeda dan Disbudporapar, utamanya perihal akses masuk, yang bisa menyambungkan ke empat desa wisata,” jelas Supriono.
Menurut Tenaga Pendamping Profesional (TPP) Kemendes PDTT, Zainal Fanani menyampaikan, banyak potensi sumber daya alam yang dimiliki oleh desa di Kecamatan Merakurak untuk dijadikan wisata andalan. Setidaknya sudah ada wisata yang tumbuh cukup baik. Kampung Air Desa Sambonggede, Agro Klengkeng Desa Sugihan, wisata air Pelang Desa Mandirejo, dan wisata Air Silowo.
“Keberhasilan ini tentu dengan keseriusan bersama-sama. Baik, Teman-teman pendamping, pemerintah desa bersama masyarakat. Tidak lain dan tidak bukan, dengan adanya wisata. Mampu menciptakan peluang ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa,” terang Fanani.
Kata dia, Fanani, tren ekowisata tersebut antara lain memiliki safari dan cagar alam lokal yang terjaga kelestariannya berkarakter nir limbah. Dan itu dimiliki oleh sumbernya mata air Si Lowo. Selain itu, rerimbunan pohon Sagu masih terjaga dengan baik.
“Itu menjadi value tersendiri bagi Si Lowo, semakin zero waste maka akan semakin dinikmati. Kemudian, pengembangan ekonomi lokal akan tumbuh dengan baik,” terangnya
Masih dalam acara yang sama, Kepala Dinas Kebudayaan Kepemudaan dan Olahraga serta Pariwisata (Dibudporapar) M. Emawan Putra mengatakan, harus ada pelatihan kepada Pokdarwis terkait konsep wisata pada Cleanliness, Health, Safety, Environment Sustainability (CHSE).
“Ini program Kemenparekraf yang berupa penerapan protokol kesehatan yang berbasis pada CHSE,” pungkas Emawan.